Kehidupan manusia dikelilingi oleh
dinamika kehidupan yang beraneka ragam bentuknya. Hidup manusia senantiasa
diselimuti oleh bermacam-macam pengaruh, baik pengaruh positif maupun pengaruh
negatif. Pengaruh positif berkaitan erat dengan apa yang disebut dengan “petunjuk”.
Sedangkan pengaruh negatif berhubungan erat dengan “godaan”. Kedua jenis
pengaruh ini tidak hanya menghinggapi satu atau dua orang tetapi ke semua
orang.
Dalam sebuah hadis Nabi dikatakan
bahwa kemiskinan itu dekat dengan kekufuran. Bunyi hadis tersebut nampaknya
logis yaitu tatkala hidup seseorang berada dalam level miskin atau serba
kekurangan maka ketahanan jiwanya akan rapuh dalam menghadapi cobaan hidup. Disini dibutuhkan sebuah prinsip yang kuat dengan
menggigitkan gigi-gigi gerahamnya pada norma-norma agama. Dengan demikian maka
prinsip tersebut akan mampu menangkis segala bentuk godaan.
Tentunya tidak sedikit juga manusia
yang tetap tegar dan mampu berpegang pada prisip kebenaran. Mereka tidak rapuh
walau diterjang badai. Mereka tidak gentar menghadapi cobaan hidup walaupun
mereka dalam kondisi serba kekurangan. Mereka tetap menghiasi dunia dengan
cahaya dzikir kepada Sang Pencipta. Mereka senantiasa meramaikan dunia dengan
amalan-amalan ibadahnya kepada Sang Khalik. Bagi mereka kemiskinan hanya
merupakan bagian dari liku kehidupan. Kemiskinan akan berubah menjadi kaya
ketika hati manusia tidak mempermasalahkannya. Kemiskinan bisa berubah menjadi
kesuksesan hidup. Semua ini tergantung kepada kemauan dan kemampuan manusia
dalam merubahnya.
Amalan agama sering dijadikan tumpuan
oleh kebanyakan orang untuk mencapai kesuksesan hidupnya. Amalan agama sering
mereka gunakan sebagai andalan untuk mendapatkan tujuan hidup sukses. Mereka
percaya bahwa kekuatan dari Tuhan adalah segala-galanya. Konsep sukses yang
demikian yang akan mengantarkan hidup mereka bahagia.
Konsep sukses bahagia yang datang atas
ridlo dari Tuhannya juga yang akan membimbing mereka menjadi orang yang
idealis, memiliki prinsip hidup, dan rendah hati (tawadu’). Tidak heran apabila kita sering
menjumpai orang-orang sukses tetapi mereka tetap menunjukkan sikap-sikap ramah,
familier, rendah hati, bijaksana, dermawan, dan menyejukkan hati.
Tipe orang sukses sebagaimana yang
disebutkan diatas mencerminkan bahwa apa yang telah diraihnya adalah merupakan
pemberian dari Tuhan serta luasnya wawasan ilmu yang mereka miliki. Benar,
mereka adalah orang-orang yang berilmu. Semakin banyak ilmu yang dimiliki
seseorang maka akan semakin jauh mereka dari kesombongan. Orang yang sombong
adalah orang yang sedikit ilmu.
Perjalanan hidup orang yang sukses
tidak akan lepas dari berbagai cobaan dan godaan. Suatu saat Tuhan akan menguji
kesuksesannya dengan godaan. Apabila mereka kuat mengatasi godaan-godaan yang
dihadapinya maka mereka akan menjadi manusia yang sukses mulia. Tapi
sebaliknya, apabila mereka rapuh pertahanan keimanannya maka konsekuensinya
mereka akan menjadi orang sukses yang hina.
Orang yang sukses mulia akan semakin
langgeng karena keberadaannya lebih banyak memberi manfaat bagi orang lain dan
keluarganya. Kesuksesannya akan mudah dinikmati dan dilanjutkan oleh anak
cucunya.
Hal ini disinyalir oleh sabda Nabi
yang berbunyi, “Sebaik-baik
manusia adalah mereka yang lebih bermanfaat bagi orang lain, sejelek-jelek
manusia adalah yang keberadaannya didunia seperti tidak ada. (HR. Bukhori)”.
Manifestasi dari orang-orang yang
sukses mulia adalah adanya support
dan doa dari banyak orang agar mereka senantiasa eksis. Orang yang sukses mulia
memperoleh apa yang diinginkannya tanpa merugikan pihak lain. Orang yang sukses
mulia mencari apa yang diinginkannya melalui koridor agama yang tepat. Sebagai
imbasnya mereka akan merasakan hidup nyaman, makan enak, dan tidur nyenyak,
lantaran segala yang telah didapatkannya mendapat rekomendasi dari Tuhan.
Manakala apa yang telah didapatkannya tadi yang berupa harta, rejeki, atau ilmu
dinikmati oleh anak istri maka akan mengandung berkah dari Tuhan. Dan darah
yang mengalir di dalam tubuh anak dan isterinya adalah darah yang penuh berkah.
Hal ini sekaligus juga merupakan cerminan perjuangan dan bentuk kasih sayang
yang sempurna kepada keluarga.
Di sisi lain, tidak bisa disangkal,
betapa berat pilihan yang dihadapi oleh seseorang tatkala dia dihadapkan pada
sebuah iming-iming
yang begitu menggiurkan. Bisa dibayangkan betapa bergolaknya hati seseorang
ketika idealisme yang dimiliki selama ini dirayu oleh gemerlapnya uang. Sulit
dibayangkan seandainya saya dan Anda dihadapkan pada sebuah kesempatan yang
begitu terbuka untuk mendapatkan tamsil
(tambahan penghasilan) dengan cara mudah tapi tidak halal.
Antara keinginan untuk memanfaatkan
situasi dengan bisikan kesucian hati akan bertempur dengan sengit. Apabila
bisikan setan yang menang maka yang terjadi mereka akan tergelincir ke dalam
jurang kenistaan. Makna hidup yang sesungguhnya akan sirna. Mereka akan jauh
dari cahaya kehidupan yang dirahmati oleh Tuhan. Mereka akan terperangkap ke
dalam keadaan yang sangat mengerikan.
Berkaitan dengan kondisi yang seperti
tersebut di atas, Nabi Muhammad Saw telah memperingatkan kepada kita sebagai
bentuk kecintaannya kepada kita, melalui sabdanya : “Ada dua dosa yang Allah Swt tidak akan
menangguhkan azabnya di dunia, yaitu durhaka kepada kedua orang tua dan berbuat
dzolim kepada sesama. (HR. Bukhori – Muslim).
Apabila kita cermati hadis diatas maka
ada satu sisi yang begitu mengerikan yang perlu kita hindari yaitu bahwa
apabila seseorang melakukan dua hal sebagaimana yang disebutkan diatas maka
azab Allah akan dibayarkan tunai di dunia. Mengambil sesuatu yang bukan haknya
adalah merupakan bentuk kedzoliman terhadap sesama. Sebagai konsukuensinya maka
azab dari Allah segera ditimpakan kepadanya atau keluarganya. Musibah akan
segera datang silih berganti, baik yang menimpa dirinya maupun anggota
keluarganya.
Untuk mengantisipasi hal itu
dibutuhkan sebuah ketahanan iman yang kokoh, sebuah kecerdasan spiritual yang
sempurna, dan sebuah kesadaran jiwa yang luar biasa. Dukungan moral dari
keluarga sangat diperlukan untuk memperkokoh benteng keimanan. Peran istri sangat
besar dalam mengarahkan suami dalam menentukan pilihan. Istri yang baik akan
cenderung mengarahkan suami ke hal-hal yang baik. Istri yang baik akan berperan
penting dalam penegakan keluarga dan bahkan kondisi negara yang baik. Almar’atu ‘imadul bilad, idza sholuhat
sholatul bilad (Wanita
adalah pilar negara, apabila wanitanya baik maka baiklah negara, apabila
wanitanya jelek maka akan jelek pula suatu negara).
Kondisi di lapangan memang tidak
sesederhana teori saja. Siapapun akan merasa berat ketika harus berhadapan
dengan situasi yang penuh dengan pilihan. Terlebih jika kebobrokan itu sudah
berada dalam sebuah sistem. Seandainya tidak ikut ambil bagian dalam
memanfaatkan kesempatan yang ada maka akan dikucilkan. Sebaliknya bila turut
serta dalam lingkaran setan maka hukuman dari Allah segera menimpanya langsung
di dunia.
Langkah terbaik yang perlu diambil
ketika seseorang berada dalam lingkaran setan adalah menanamkan sebuah prinsip
yang kuat pada dirinya. Sebuah prinsip yang bijaksana dalam menentukan pilihan,
lebih baik dikucilkan oleh manusia daripada dikucilkan oleh Tuhan. Orang baik
akan dikucilkan oleh sistem yang jelek. Orang jelek akan dikucilkan oleh sistem
yang baik. Itulah dinamika kehidupan. Sebagai manusia yang penting adalah
bagaimana berbuat baik kepada sesama manusia dan kepada Tuhannya. Semoga Tuhan
selalu menunjukkan jalan yang terbaik kepada kita. Amin.
GendhengS.
duaenamempatsebel