Senin, 28 Maret 2011

SENYUMmu CEMERLANGKAN DUNIAku


Senyum itu memang sebuah fenomena, Allah telah menyempurnakan diri manusia dengan adanya bibir pada wajahnya. Tapi taukah dirimu teman ?

Tidak semua orang yang memiliki bibir pandai tersenyum, termasuk kita. Tidak setiap saat kita bisa dengan ringan dan riang tersenyum pada setiap orang yg kita temui, bahkan tak jarang bibir ini terasa berat sekali walau hanya untuk menarik dua sudut bibir ke arah yang berlawanan , bahkan ketika sekelompok pelawak tengah mencoba untuk mengocak perut kita dengan aneka dagelannya sekalipun , ada kalanya semua itu hanya bisa kita pandang sebagai tontonan kosong yg tak menggerakkan apresiasi.

Padahal ada banyak keuntungan yang akan kita peroleh dengan tersenyum.
Senyum bisa menambah daya tarik. Membuat wajah semakin manis, lebih berkesan, lebih menawan, bisa menyejukkan, hati yg gundah terasa terang bila melihat senyum hati-hatikan jadi tenang. Mari kita bercermin, teman, seperti apakah wajah kita dlm keadaan tersenyum, dan seperti apa kalo cemberut. Wajah mana yang paling engkau sukai ?

Orang yang murah senyum pun akan dijauhi oleh Stres, jantungnya akan berdetak normal, peredaran darahnya akan mengalir dgn baik. Pendek kata orang yg terbiasa tersenyum akan terhindar dr aneka penyakit ketegangan.

Sebabnya ialah karena senyum mendorong hati menjadi ceria. Akibatnya selain menyehatkan dan menguatkan tubuh juga akan membuat kita awet muda.
Senyum juga membuat proses interaksi terasa lebih menyenangkan. Satu lagi teman, senyum ternyata hanya mengandalkan 17 otot wajah, sedangkan cemberut akan membuat kurang lebih 32 otot wajah yg menjadi tertarik. Nah, inilah salah satu sebab mengapa wajah terkadang terlihat cepat tua bagi orang yang jarang tersenyum.

Melihat ahli senyum saja hati kita bisa menjadi segar, keakrabannya sangat kental terasa , hangat, bahkan mampu menambah semangat. Wajah yang ringan menampakkan senyum, tak jarang menjadi sosok yang sering dirindukan karena hadirnya yang hidup dan menghidupkan.

Senyumlah ... senyumlah ... senyumlah ....
Karena senyum bisa menjadi salah satu bukti benarnya kita dalam berkeyakinan.
Senyum itu adalah sedekah. Kita bisa menjadi orang yang kaya dengan senyum. Kekayaan yang tak bisa dinilai dengan materi , karena senyum adalah ekspresi kekayaan jiwa.
Kita mungkin saja mengalami kemiskinan materi, tp jgnlah kemudian kemiskinan membuat jiwa kita menjadi sempit. Materi hanyalah salah satu dari sekian banyak fasilitas hidup yg telah diberikan kepada kita dr Sang Pencipta. Dia bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan sukses tidaknya hidup kita dan dia hanyalah bagian dari dunia. Sementara jiwa kita akan senantiasa hidup, apakah dulu ketika kita masih belum berwujud, ataupun sekarang ketika dunia menjadi tempat tinggal sementara kita.

So...Jangan biarkan kehidupan jiwa kita terpinggirkan, miskin, dan tak berdaya.
Mulailah dengan senyum teman. Inikah sedekah termurah yang tak sederhana.

Tinggikan diri kita dengan senyum, penuhi jiwa kita dengan kekayaan tak ternilai.
Orang yang tidak memiliki tak akan bisa memberi, dan orang yang tak mampu tersenyum berarti jiwanya tengah dilanda kemiskinan.

Senyum bukan hanya gerak bibir semata melainkan gerak rasa, gerak akal, gerak hati yang mencerminakn pesona jiwa
Maka, tebarkanlah senyum, wahai jiwa-jiwa yang pemurah
Cemerlangkan dunia dengan senyum, wahai jiwa-jiwa yang kaya.

Insyaallah manisnya buah kasih sayang akan kita rasa. Indahnya ukuwah kian bermakna dan kita akan menjadi orang yang beruntung karena mendapatkan dunia PENUH CINTA.

Manis wajahmu kulihat disana
Apa rahasia yang tersirat
Tapi zahirnya dapat kulihat
Mesra wajahmu dengan senyuman

Hati yang gundah terasa tenang
Bila melihat senyum hati-hati kan tenang
Senyumlah seiklas hati
Senyum dari hati jatuh ke hati

Senyumlah ... 4x
Senyum tanda mesra, senyum tanda sayang
Senyum diwaktu susah tanda ketabahan
Senyummu itu tanda keimanan

Senyumlah ... 4x
Itulah sedekah yang paling mudah
Tiada terasa terhutang budi
Ikat persahabatan antara kita.

★☆★☆★☆★☆★☆★☆★☆★☆★☆★☆★☆★☆★☆★☆

Salam 3 S : Senyum, Sehat, Sukses !!!
wiji16@ymail.com ........ sweet original smile

Selasa, 22 Maret 2011

Kaca Mata Dua Empat

1    Jangan tertarik kepada seseorang karena parasnya, sebab keelokan paras dapat menyesatkan. Jangan pula tertarik kepada kekayaannya, karena kekayaan dapat musnah. Tertariklah kepada seseorang yang dapat membuatmu tersenyum, karena hanya senyum yang dapat membuat hari-hari yang gelap menjadi cerah. Semoga kamu menemukan orang seperti itu.

2   Ada saat-saat dalam hidup ketika kamu sangat merindukan seseorang, sehingga ingin hati menjemputnya dari alam mimpi dan memeluknya dalam alam nyata. Semoga kamu memimpikan orang seperti itu.

3   Bermimpilah tentang apa yang ingin kamu impikan, pergilah ke tempat-tempat kamu ingin pergi, jadilah seperti yang kamu inginkan, karena kamu hanya memiliki satu kehidupan dan satu kesempatan untuk melakukan hal-hal yang ingin kamu lakukan.

4      Semoga kamu mendapatkan kebahagiaan yang cukup untuk membuatmu baik hati, cobaan yang cukup untuk membuatmu kuat, kesedihan yang cukup untuk membuatmu manusiawi, pengharapan yang cukup untuk membuatmu bahagia dan uang yang cukup untuk membeli hadiah-hadiah.

5     Ketika satu pintu kebahagiaan tertutup, pintu yang lain dibukakan. Tetapi acapkali kita terpaku terlalu lama pada pintu yang tertutup sehingga tidak melihat pintu lain yang dibukakan bagi kita.

6   Sahabat terbaik adalah dia yang dapat duduk berayun-ayun di beranda bersamamu, tanpa mengucapkan sepatah katapun, dan kemudian kamu meninggalkannya dengan perasaan telah bercakap-cakap lama dengannya.

7   Sungguh benar bahwa kita tidak tahu apa yang kita milik sampai kita kehilangannya, tetapi sungguh benar pula bahwa kita tidak tahu apa yang belum pernah kita miliki sampai kita mendapatkannya.

8  Pandanglah segala sesuatu dari kacamata orang lain. Apabila hal itu menyakitkan hatimu, sangat mungkin hal itu menyakitkan hati orang itu pula.

9  Kata-kata yang diucapkan sembarangan dapat menyulut perselisihan. Kata-kata yang kejam dapat menghancurkan suatu kehidupan. Kata-kata yang diucapkan pada tempatnya dapat meredakan ketegangan. Kata-kata yang penuh cinta dapat menyembuhkan dan memberkahi.

10  Awal dari cinta adalah membiarkan orang yang kita cinta menjadi dirinya sendiri, dan tidak merubahnya menjadi gambaran yang kita inginkan. Jika tidak, kita hanya mencintai pantulan diri sendiri yang kita temukan di dalam dia.

11  Orang-orang yang paling berbahagia tidak selalu memiliki hal-hal terbaik, mereka hanya berusaha menjadikan yang terbaik dari setiap hal yang hadir dalam hidupnya.

12  Mungkin Tuhan menginginkan kita bertemu dengan beberapa orang yang salah sebelum bertemu dengan orang yang tepat, kita harus mengerti bagaimana berterima kasih atas karunia itu.

13  Hanya diperlukan waktu semenit untuk menaksir seseorang, sejam untuk menyukai seseorang dan sehari untuk mencintai seseorang tetapi diperlukan waktu seumur hidup untuk melupakan seseorang.

14    Kebahagiaan tersedia bagi mereka yang menangis, mereka yang disakiti    hatinya, mereka yang mencari dan mereka yang mencoba. Karena hanya mereka itulah yang menghargai pentingnya orang-orang yang pernah hadir dalam hidup mereka.

15    Cinta adalah jika kamu kehilangan rasa, gairah, romantika dan masih tetap peduli padanya.

16    Hal yang menyedihkan dalam hidup adalah ketika kamu bertemu seseorang yang sangat berarti bagimu dan mendapati pada akhirnya bahwa tidak demikian adanya dan kamu harus melepaskannya.

17    Cinta dimulai dengan sebuah senyuman, bertumbuh dengan sebuah ciuman dan berakhir dengan tetesan air mata.

18    Cinta datang kepada mereka yang masih berharap sekalipun pernah         dikecewakan, kepada mereka yang masih percaya sekalipun pernah dikhianati, kepada mereka yang masih mencintai sekalipun pernah disakiti hatinya.

19    Sungguh menyakitkan mencintai seseorang yang tidak mencintaimu, tetapi yang lebih menyakitkan adalah mencintai seseorang dan tidak pernah memiliki keberanian untuk mengutarakan cintamu kepadanya.

20    Masa depan yang cerah selalu tergantung kepada masa lalu yang dilupakan, kamu tidak dapat hidup terus dengan baik jika kamu tidak melupakan kegagalan dan sakit hati di masa lalu.

21    Jangan pernah mengucapkan selamat tinggal jika kamu masih mau          mencoba, jangan pernah menyerah jika kamu masih merasa sanggup jangan pernah mengatakan kamu tidak mencintainya lagi jika kamu masih tidak dapat melupakannya.

22    Memberikan seluruh cintamu kepada seseorang bukanlah jaminan dia akan membalas cintamu! Jangan mengharapkan balasan cinta, tunggulah sampai cinta berkembang di hatinya, tetapi jika tidak, berbahagialah karena cinta tumbuh di hatimu.

23    Ada hal-hal yang sangat ingin kamu dengar tetapi tidak akan pernah kamu dengar dari orang yang kamu harapkan untuk mengatakannya. Namun demikian janganlah menulikan telinga untuk mendengar dari orang yang mengatakannya dengan sepenuh hati.

24 Waktu kamu lahir, kamu menangis dan orang-orang di sekelilingmu tersenyum. jalanilah hidupmu sehingga pada waktu kamu meninggal, kamu tersenyum dan orang-orang di sekelilingmu menangis.

GendhengS, 28012011

SKALA PRIORITAS TINDAKAN

Mengapa manusia berusaha dengan serius, berjuang? Berjuang adalah mengaktualkan potensi atau berusaha meraih apa yang diinginkan. Keinginan layak diperjuanngkan bila itu “mungkin”, potensi mengarah ke aktus. 

Artinya sesuatu itu memang untuk kesempurnaan aktualisasi kita, kita perlu mengarah kesana. Arti lainnya adalah kita manusia, mesti dan layak serta malah ‘harus’ memaksimalkan perjuangan atau usaha kita, untuk meraih semua kemungkinan potensi ciptaan kita.

Disinilah salah satu pengertian bahwa seluruh mahluk Allah, khusnya manusia wajib untuk berjuang. Karena perjuangan adalah ibadah, dengan definisi ibadah sebagai apapun yang mengarahkan kepada Tuhan/Allah, sedangkan yang menjauhkannya berarti maksiat. Sedangkan Tuhan adalah kongkritisasi dalam ide sebuah kesempurnaan, dan itu direalkan dalam bentuk Rasul / wahyu dan Imam.

Tujuan penciptaan manusia adalah "Memanusiakan Manusia", atau dalam bahasa al-Qur'an adalah diciptakan untuk ibadah atau untuk menjadi khalifali dimuka bumi. Dan syariat adalah konkritisasi "ide ideal kemanusiaan". Sehingga bila ada syari'at yang tidak memanusiakan manusia, maka itu secara langsung tertolak sebagai "wahyu", ide langsung dari Yang Maha Sempurna.

Dalam berkehidupan manusia harus selalu beribadah, tidak ada apapun yang lowong darinya, karena mereka diciptakan untuk itu (Beribadah). Lalu apa konkritisasi dari ibadah dalam berkehidupan? Ibadah adalah berfikir skala prioritas dalam seluruh aspek kehidupan. Sehingga dalam artian ini non-sense ada sesuatu yang ‘mubah’ dalam berkehidupan ini. Karena tujuan penciptaannya adalah untuk ibadah. Artinya dalam kehidupan selalu ada perbandingan antara "yang jelek dan sangat jelek", "yang baik dan sangat baik" dst. 

Tidak mungkin dalam hidup ini ada yang Nol (O, mubah). Kita lihat saja makan, apa itu mubah? Pada saat kita melakukan itu pasti ada pilihan yang lain, tidak makan, atau aktivitas lainnya. Bila kita lapar, lalu makan, itu bukan mubah, sunnah. Baca buku, bisa makruh bila ada yang lebih baik dilakukan dst. Artinya hidup ini selalu dalam kategori pilihan dapat nilai + (keuntungan, gain, pahala, surga) atau nilai - (minus, rugi, losse, dosa, neraka).

Tidak ada diantara dua itu. Mengambil keputusan Nol (0, mubah secara figh), padahal kita dapat mendapatkan +, berarti kita merugi, secara ‘figh akali’ itu dosa (rugi, losse). Mengambil nol, padahal pilihannya - (minus, dosa), itu pahala, untung, gain, dst. Contoh, pilihannya pergi bersama teman-teman ke tempat maksiat dan duduk-duduk dirumah minum kopi. Duduk-duduk minum kopi itu per individu (kalau sendirian) adalah mubah, tetapi kita memilih itu, dibandingkan pergi maksiat…maka minum kopi jadi Plus, bukan Nol. Walau kata-kata Sunnah kurang pas…karena memang itu terminology Figh.

Disinilah sebenarnya manusia selalu dituntut oleh allah untuk mengambil prinsip-prinsip perdagangan dalam berkehidupan, termasuk dalam beribadah dan beragama. Karena Tuhanpun mengajak transaksi dengan kita (walau kita milikNYA dan "terserah" Dia mau diapakan), dengan berkata; "maukah kalian berdagang denganKU, serahkan diri kalian padaku (beribadah, berjuang, jihad dll) dan AKU ganti kalian dengan Surga selamanya, tidakkah ini perdagangan yang menguntungkan, dan siapakah yang lebih baik dengan bentuk perdagangan seperti ini kecuah AKU".

Lalu marilah kita lihat apa yang mesti kita lakukan dalam berkehidupan saat ini? Manusia tidak akan bertindak diluar konsep dirinya. Disinilah kepetingan dan keharusan kita melihat skala prioritas kehidupan kita. Jangan-jangan kita senang dengan hal-hal yang remeh, tak bernilai secara duniawi maupun ukhrowi. Kalau itu menjadi kebiasaan, karakter kita, bahaya dan sangat rugilah kita, sebab apa yang kita lakukan nilainya rendah, sedangkan ada orang lain yang kesukaannya itu, bernilai, unggul dimata manusia dan Tuhan.

Lihat saja orang yang hobinya tamasya, majlas, santai, tidak suka repot, piara binatang, beli pakaian, barang elektronik, sepatu, nonton film dll. Apa ini haram, mungkin orang akan bertanya seperti itu? Jelas jawabnya Tidak (walau itu diluar pembahasan disini). Yang kita bahas adalah skala prioritas dalam hidup sesuai dengan tujuan penciptaan Kita.

Lalu timbul pertanyaan; apakah ada yang baik secara asali? Bukankah sesuatu itu baik karena dibandingkan dengan yang lain? Seperti tadi, makan bisa baik, atau jelek tergantung perbandingan dan skala prioritas bandingannya. Ya memang itu secara umum benar. Tetapi ini perlu penjelasan lebih lanjut. Lalu Bagaimana dengan skala prioritas dalam kehidupan kita saat ini? Kita sebagai individu, sebagai masyarakat, sebagai orang tua, anak, tetangga dst. Apa-apa yang mesti dilakukannya? Apa itu, bagaimana melakukannya dan apa yang harus dilakukan, itu semua perlu dipikirkan didiskusikan. 

Any Where  in gENDHENGs, 24 Feb 2011

Senin, 21 Maret 2011

SEKEDAR RENUNGAN UNTUK KEHIDUPAN

Kalau mata kita mengikuti gerakan putaran bulatan warna pink, hanya akan terlihat satu warna, pink.

Kalau pandangan mata ke tanda "+" hitam di tengah, makan bulatan yang berputar berubah warnanya ke hijau.

Sekarang, konsentrasi ke tanda "+" hitam di tengah-tengah gambar.

Dalam waktu yang singkat, pelahan-lahan bulatan pink akan menghilang, dan hanya akan terlihat satu bulatan hijau yang berputar. Sangat mengagumkan cara otak kita bekerja. Sebenarnya tidak ada bulatan hijau, dan bulatan pink sebenarnya juga tidak menghilang. Rasanya cukup membuktikan bahwa kita tidak selalu melihat apa yang kita pikir kita.

melihatnya --> dengan kata lain, kita "melihat" bukan apa adanya, tapi " sebagaimana kita melihat " sesuatu...Kadang kita merasa menghadapi suatu masalah yang "sangat sulit" atau"sangat berat" (baik di tempat kerja, di keluarga, di lingkungan masyarakat,maupun masalah pribadi diri sendiri), bahkan kadang bisa terlintas di benak kita, kenapa demikian berat beban masalah/cobaan yang kita terima?

Padahal kalau kita menerima anugrah / hadiah / kenikmatan yang demikian besar, kita tidak pernah mempertanyakannya, kenapa kok saya yang menerima.

Dan kadang kita lupa dengan doa : berilah beban yang aku sanggup memikul nya.

Berat - ringan, kecil - besar, masalah - bukan masalah, sedih-gembira, hukuman-pahala, derita/nestapa bahagia...dst.

BUKANKAH HANYA CARA PANDANG KITA TENTANG "SESUATU" ?

Perihal, peristiwa, kejadian tetap sama, namun dengan sudut pandang yang berbeda (kita coba geser cara pandang) dan me-makna-i nya dengan cara yang berbeda, maka hasil nya juga akan berbeda. Semua hanya ada di benak kita sendiri ! tak kita lah yang membuatnya berbeda ! Peristiwa bisa sama, namun kalau kita memaknai/memandang nya sebagai hal yang positif, bermanfaat, mengambil pelajaran, maka hasil nya akan demikian. Dan tentu sebaliknya...

Terlampir meneruskan kiriman dari seorang rekan yang membuktikan bahwa " cara kerja" otak kita ternyata " melihat" sesuatu bukan apa ada- nya, tapi sebagaimana kita melihat nya. Teringat salah satu ungkapan dari seorang sahabat (dalam bahasa Jawa) :"Sing ora ono iku sejatinya ono, sing ono iku sejati-ne dudu..." ( yang tidak ada/nampak itu sejatinya ada, yang ada / tampak itu sejatinya bukan )

Salam GendhengS, 21032011

Jumat, 18 Maret 2011

TENTUKAN LANGKAHMU


Engkau hari ini
adalah murid dari masa lalumu.
Jika engkau menghormatinya,
dan berlaku setia kepada petunjuknya,
maka hari ini-mu akan menjadi masa lalu
yang memuliakanmu di masa depan.

Maka mengapakah
engkau masih berkeras-kepala
mengulangi cara-caramu
yang terbukti hanya menggelisahkan jiwa baikmu
yang marah kepada ketidak-tegasanmu sendiri?

Sudahlah,
segera lakukanlah yang baik bagimu.!
 GendgengS, 19032011

Kamis, 17 Maret 2011

TEORI BELAJAR

Untuk memahami kegiatan dan proses belajar serta faktor-faktor yang menghambat kelancaran proses belajar, guru perlu memahami beberapa teori belajar. Pemahaman teori belajar memungkinkan guru dapat memprediksi hasil belajar serta membuat hipotesis kemajuan belajar siswa. Selain itu dengan bantuan teori, konsep dan prinsip-prinsip pembelajaran guru dapat mengelola pembelajaran menjadi lebih baik.

Terdapat perbedaan sudut pandang tentang teori dan proses belajar merupakan hal yang wajar. Namun perlu kita kaji kembali tiga teori yang paling sering disebut sebagai dasar pembelajaran, yaitu behaviourism, cognitivism dan constructivism.

BEHAVIORISME

Menurut aliran Behaviourism, belajar adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Terjadinya perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru adalah hasil interaksi antara stimulus dan respon. Meskipun semua penganut aliran ini setuju dengan premis dasar ini, namun mereka berbeda pendapat dalam beberapa hal penting.

Menurut teori ini pebelajar sangat dipengaruhi oleh kejadian-kejadian di dalam lingkungannya, yang akan memberikan -pengalaman tertentu kepadanya. Belajar atau learning terjadi bila ada perubahan tingkah laku yang terjadi berdasarkan paradigma S-R (Stimulus-Respons), yaitu suatu proses yang memberikan respons tertentu terhadap kejadian yang datang dari luar.

Proses S-R ini terdiri beberapa unsur, yaitu

1.   unsur dorongan atau drive. Siswa merasakan adanya dorongankebutuhan ini;
2. adanya rangsangan atau stimulus. Kepada siswa diberikan stimulus yang dapat memberikan respons;
3.  respons dari siswa yang berupa suatu reaksi (respons) terhadap stimulus yang diterimanya misalnya dengan melakukan tindakan nyata;
4.  unsur penguatan (reinforcement) yang perlu diberikan kepada pebelajar agar ia merasakan adanya kebutuhan untuk memberikan respons lagi.

Berikut tiga pakar Behaviourism yang berpandangan sama dalam hal S-R, yaitu hubungan stimulus-respon, namun juga berbeda pendapat dalam hal wujud dan faktor-faktor yang terjadi dalam proses belajar. (sumber: Bahan Ajar PEKERTI, 1995. Dikti).

1. Thorndike
Menurut Thorndike salah satu pendiri aliran tingkah laku, belajar adalah proses interaksi antara Stimulus (yang mungkin berupa pikiran, perasaan, atau gerakan) dan Respon (yang juga bisa berbentuk pikiran, perasaan, atau gerakan). Telasnya, menurut Thorndike, perubahan tingkah laku itu boleh berwujud sesuatu yang konkret (dapat diamati), atau yang non-konkret (tidak bisa diamati).

Meskipun Thorndike tidak menjelaskan bagaimana caranya mengukur berbagai tingkah laku yang non-konkret itu. Tetapi teori Thorndike telah banyak memberikan inspirasi kepada pakar lain yang datang sesudahnya. Teori Thorndike ini juga disebut sebagai aliran Koneksionis (Connectionism). Perlu diketahui bahwa pengukuran adalah satu hal yang menjadi obsesi semua penganut aliran tingkah laku.

2. Watson

Menurut Watson, pelopor lain yang datang sesudah Thorndike, stimulus dan respon tersebut harus berbentuk tingkah laku yang "bisa diamati" (observable). Dengan kata lain, Watson mengabaikan berbagai perubahan mental yang mungkin terjadi dalam belajar dan menganggapnya sebagai factor yang tak perlu diketahui. Hal ini tidak berarti bahwa semua perubahan mental yang terjadi dalam benak siswa tidak penting. Semua itu penting. Tetapi, faktor-faktor tersebut tidak bisa menjelaskan apakah proses belajar sudah terjadi atau belum.

Hanya dengan asumsi demikianlah, kata Watson, kita bisa meramalkan perubahan apa yang bakal terjadi pada siswa. Dan hanya dengan demikianlah psikologi dan ilmu tentang belajar dapat disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperti fisika atau biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman empirik.
Kita dapat melihat bahwa penganut aliran tingkah laku lebih suka memilih untuk tidak memikirkan hal-hal yang tidak bisa diukur, meskipun mereka tetap mengakui bahwa semua hal itu penting. Teori Watson ini juga disebut sebagai aliran Tingkah Laku (Behaviorism).

3. Skinner
Skinner, yang datang kemudian, mempunyai pendapat lain lagi dan mampu "menyederhanakan" kerumitan teorinya serta menjelaskan konsep-konsep yang ada dalam teorinya itu.

Menurut Skinner, deskripsi hubungan antara stimulus dan respon untuk menjelaskan perubahan tingkah laku (dalam hubungannya dengan lingkungan) menurut versi Watson tersebut di atas adalah deskripsi yang tidak lengkap. Respon yang diberikan oleh siswa tidaklah sesederhana itu, sebab pada dasarnya setiap stimulus yang diberikan berinteraksi satu dengan lainnya, dan interaksi ini akhirnya mempengaruhi respon yang dihasilkan. Sedangkan respon yang diberikan ini juga menghasilkan berbagai konsekwensi, yang pada gilirarmya akan mempengaruhi tingkah laku si siswa.

Karena itu; untuk memahami tingkah laku siswa secara tuntas, kita harus memahami hubungan antara satu stimulus dengan stimulus lainnya, memahami respon itu sendiri, dan berbagai konsekwensi yang diakibatkan oleh respon tersebut (Bell-Gredler, 1986).

Skinner juga menjelaskan bahwa menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan membuat segala sesuarunya menjadi bertambah rumit, sebab "alat" itu akhirnya juga harus dijelaskan lagi. Misalnya, bila kita mengatakan bahwa "seorang siswa berprestasi buruk sebab siswa ini mengalami frustasi" akan menuntut kita untuk menjelaskan "apa itu frustasi". Dan teori Skinner ini besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar.

COGNITIVISME

Cognitivism menyatakan bahwa belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu terlihat sebagai tingkah laku. Teori ini lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar itu sendiri. Belajar melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Teori ini sangat erat berhubungan dengan teori sibemetik.

Pada masa-masa awal mulai diperkenalkannya teori ini. Para ahli mencoba menjelaskan bagaimana siswa mengolah stimulus dan bagaimana siswa tersebut bisa sampai ke respon tertentu (pengaruh aliran tingkah laku masih terlihat di sini).

Menurut teori ini, ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seorang individu melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan. Proses ini tidak berjalan terpatah-patah, terpisah-pisah, tapi melalui proses, yang mengalir, bersambung-sambung, menyeluruh. Dalam konsep ini keluarlah rumusan teori Gestalt. Teori ini berpandangan bahwa keseluruhan lebih penting dari bagian-bagian/unsur. Terkait dengan ini sehingga dalam kegiatan belajar sebenarnya bermula dari pengamatan. Pengamatan itu penting dilakukan secara menyeluruh.

Menurut aliran teori belajar Ilmu Jiwa Gestalt, seorang belajar jika mendapatkan insight ( pengertian atau pemahaman ). Insight ini diperoleh seseorang melihat hubungan tertentu antara berbagai unsur dalam situasi tertentu. Adapun timbulnya Insight itu tergantung.

1. Kesanggupan : Maksudnya kesanggupan atau kemampuan intelgensia individu
2. Pengalaman : Karena belajar, berarti akan mendapatkan pengalaman dan pengalaman itu mempermudah muculnya insight.
3. Taraf Kompleksitas : Semakin kompleks semakin sulit.
4. Latihan : Dengan banyak latihan akan dapat mempertinggi kesanggupan memperoleh insight , dalam situasi-situasi yang bersamaan yang dilatih.
5. Trial and error : Sering seseorang itu tidak dapat memecahkan suatu masalah. Baru setelah mengadakan percobaan-percobaan, seseorang itu dapat menemukan hubungan berbagai unsur dalam problem itu, sehingga akhirnya menemukan insight.

Dari aliran Ilmu Jiwa Gestalt ini memberikan beberapa prinsip belajar yang penting , antara lain :

1. Manusia bereaksi dengan lingkunganya secara keseluruhan, tidak hanya secara intelektual, tetapi juga secara fisik, emosional, sosial dan sebagainya.
2. Belajar adalah penyesuaian diri dengan lingkungan.
3. Manusia berkembang secara keseluruhan sejak dari kecil sampai dewasa lengkap dengan segala aspek-aspeknya.
4. Belajar adalah perkembangan ke arah diferensiasi yang lebih luas.
5. Belajar hanya berhasil apabila dicapai kematangan untuk memperoleh insight.
6. Tidak mungkin ada belajar tanpa ada kemauan untuk belajar, motivasi memberi dorongan yang menggerakan seluruh organisme.
7. Belajar akan berhasil kalau ada tujuan.
8. Belajar merupakan suatu proses bila seseorang itu aktif, bukan suatu ibarat suatu bejana yang diisi.

Dalam praktek, teori ini antara lain terwujud dalam "tahap-tahap perkembangan" yang diusulkan oleh Jean Piaget, "belajar bermakna"-nya Ausubel, "belajar penemuan secara babas" {free discovery learning) oieh Jerome Bruner, dan teori interaksi sosial {Socially Mediated Learning) dengan model ZPD-nya Vygotsky.

1. Piaget
Menurut Piaget, proses belajar harus disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif yang dilalui siswa. Piaget membaginya menjadi empat tahap, yaitu:
1. tahap Sensorimotor (ketika anak berumur 1,5 sampai 2 tahun),
2. tahap Praoperasional (2/3 sampai 7/8 tahun),
3. tahap Operasional Konkret (7/8 sampai 12/14 tahun), dan
4. tahap Operasional Formal (14 tahun atau lebih).

Proses belajar yang dialami seorang anak pada tahap sensorimotor tentu lain dengan yang dialami seorang anak yang sudah mencapai tahap kedua (praoperasional), dan lain lagi yang dialami siswa lain yang telah sampai ke tahap yang lebih tinggi (operational konkrit dan operasional formal). Secara umum, semakin tinggi tingkat kognitif seseorang semakin teratur (dan juga semakin abstrak) cara berpikirnya. Maka, guru seyogyanya memahami tahap-tahap perkembangan anak didiknya ini, serta memberikan materi pelajar dalam jumlah dan jenis yang sesuai dengan tahap-tahap tersebut.

Guru yang mengajar harus memperhatikan tahapan-tahapan ini agar tidak menyulitkan siswanya. Misalnya saja,mengajarkan konsep-konsep abstrak tentang Pancasila kepada sekelompok siswa kelas dua SD, tanpa adanya usaha untuk "mengkonkretkan" konsep-konsep tersebut.

2. Ausubel
Menurut Ausubel, siswa akan belajar dengan baik jika apa yang disebut "pengatur kemajuan belajar (Advance Organizers) didefinisikan dan dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada siswa. Pengatur kemajuan belajar adalah konsep atau informasi umum yang- mewadahi (mencakup) semua isi pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa.

Ausubel percaya bahwa "advance organizers" dapat memberikan tiga macam manfaat, yakni:

a. Dapat menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi belajar yang akan dipelajari oleh siswa;
b. Dapat berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara apa yang sedang dipelajari siswa "saat ini" dengan apa yang "akan" dipelajari siswa; dan
c. Mampu membantu siswa untuk memahami bahan belajar secara lebih mudah.

Untuk ini, pengetahuan dan penguasaan guru terhadap isi mata pelajaran harus sangat baik. Hanya dengan demikian seorang guru akan mampu menemukan informasi, yang manurut Ausubel "sangat abstrak, umum, dan inklusif", yang mewadahi apa yang akan diajarkan itu. Selain itu, logika pikir guru juga dituntut sebaik mungkin. Tanpa memiliki logika berpikir yang baik, guru akan mendapat kesulitan memilah-milah materi pelajaran, merumuskannya dalam rumusan yang singkat dan padat, serta mengurutkan materi demi materi ini ke dalam struktur urutan yang logis dan mudah dipahami.

3. Bruner

Bruner mengusulkan teorinya yang disebut "free discovery learning". Menurut teori ini, proses belajar akan berjalan dengan baik bila guru kreatif dan memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu aturan (termasuk konsep, teori, definisi) melalui contoh-contoh yang menggambarkan (mewakili) aturan yang menjadi sumbernya.

Dengan kata lain, siswa dibimbing secara induktif untuk memahami suatu kebenaran umum. Untuk memahami konsep "kejujuran", misalnya, siswa tidak pertama-tama menghafal definisi kata itu, tetapi mempelajari contoh-contoh konkret tentang kejujuran, dan dari contoh-contoh itulah siswa dibimbing untuk mendefinisikan kata "kejujuran".

Lawan dari pendekatan ini disebut "belajar ekspositori" (belajar dengan cara menjelaskan). Dalam hal ini, siswa disodori sebuah informasi umum dan diminta untuk menjelaskan informasi ini melalui contoh-contoh khusus dan konkret. Dalam contoh di atas, siswa pertama-tama diberi definisi tentang "kejujuran", dan dari definisi itulah siswa diminta untuk mencari contoh-contoh konkret yang dapat menggambarkan makna kata tersebut. Proses belajar ini jelas berjalan secara deduktif.

Istilah strategi kognitif dipakai oleh Arends (1988) untuk strategi berpikir yang bersifat komplek yang berkenaan dengan kecakapan menerima, menyimpan, dan mencari kembali informasi.

CONTRUCTIVISM

Menurut ahli para Constructivism, "belajar" merupakan pemakna pengetahuan. Sedangkan pengetahuan bersifat temporer, selalu berubah. Karena segala sesuatu bersifat temporer maka manusialah yang harus memberi makna terhadap realitas. Dalam hal ini belajar adalah proses pemaknaan informasi baru.

Pada kenyataannya kita tidak pernah memperoleh pengetahuan yang telah jadi atau dalam paket-paket, yang dapat dipersepsi secara langsung. Semua pengetahuan, metode untuk mengetahui, dan berbagai disiplin ilmu yang ada dalam masyarakat dibangun (constructed) oleh pikiran manusia.

Constructivism adalah salah satu filsafat yang percaya bahwa pengetahuan yang kita miliki adalah hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri (Von Glasersfeld, 1988 dan Matthews, 1944 dalam Suparno 1997), Pengetahuan bukan gambaran dari dunia kenyataan yang ada, tetapi merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang. Proses pembentukan pengetahuan ini berjalan terus menerus dan setiap kali ada reorganisasi karena terjadi suatu pemahaman baru.

Para ahli teori konstruktif percaya bahwa pengetahuan itu tidak dapat begitu saja dipindahkan dari otak seseorang (guru) ke kepala yang diajar (siswa). Siswa sendiri yang harus mengartikan atau memberi makna apa yang telah diajarkan dengan menyesuaikan terhadap pengalaman—pengalaman mereka. (Lorsbach & Tobin, 1992 dalam Suparno, 1997).

Maka penting bagi calon guru, menurut Northfieid, Gunstone, dan Erickson (1996) untuk selalu aktif mengkonstruksi pengetahuan mereka. Guru perlu belajar bagaimana mengajar secara konstruktif, mendalami bahan dan bidang ilmunya secara mendalam dan luas. Salah satu dasar atau prinsip pembelajaran kontekstual (CTL) adalah filsafat konstruktivisme.

Berdasarkan sejumlah literatur tentang konstruktivisme, Widodo (2004) mengidentifikasi lima hal penting yang berkaitan dengan pembelajaran.

1. Pertama, pembelajar telah memiliki pengetahuan awal
Tidak ada pembelajar yang otaknya benar-benar kosong. Pengetahuan awal yang dimiliki pembelajar memainkan peran penting pada seat dia belajar tentang sesuatu hal yang ada kaitannya dengan apa yang telah diketahui.

2. Kedua, belajar merupakan proses pengkonstruksian suatu pengetahuan berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki
Pengetahuan tidak dapat ditransfer dari suatu sumber ke penerima, namun pembelajar sendirilah yang mengkonstruk pengetahuan.

3. Ketiga, belajar adalah perubahan konsepsi pembelajar
Karena pembelajar telah memiliki pengetahuan awal, maka belajar adalah proses mengubah pengetahuan awal siswa sehingga sesuai dengan konsep yang diyakini "benar" atau agar pengetahuan awal siswa bisa berkembang menjadi suatu konstruk pengetahuan yang lebih besar.

4. Keempat, proses pengkonstruksian pengetahuan berlangsung dalam suatu
konteks sosial tertentu.
Sekalipun proses pengkonstruksian pengetahuan berlangsung dalam otak masing-masing individu, namun sosial memainkan peran penting dalam proses tersebut sebab individu tidak terpisah dari individu lainnya.

5. Kelima, pembelajar bertanggung jawab terhadap proses belajarnya.
Guru atau siapapun tidak dapat memaksa siswa untuk belajar sebab tidak ada seorangpun yang bisa "mengatur" proses berpikir orang lain. Guru hanyalah menyiapkan kondisi yang memungkinkan siswa belajar, namun apakah siswa benar-benar belajar tergantung sepenuhnya pada diri pembelajar itu sendiri.

HUMANISME

Menurut Teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Tokoh penting dalam teori belajar humanistik antara lain adalah: Arthur W. Combs, Abraham Maslow dan Carl Rogers.

Arthur Combs (1912-1999)

Bersama dengan Donald Snygg (1904-1967) mereka mencurahkan banyak perhatian pada dunia pendidikan. Meaning (makna atau arti) adalah konsep dasar yang sering digunakan. Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka. Anak tidak bisa matematika atau sejarah bukan karena bodoh tetapi karena mereka enggan dan terpaksa dan merasa sebenarnya tidak ada alasan penting mereka harus mempelajarinya. Perilaku buruk itu sebenarnya tak lain hanyalah dati ketidakmampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan kepuasan baginya.

Untuk itu guru harus memahami perlaku siswa dengan mencoba memahami dunia persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha merubah keyakinan atau pandangan siswa yang ada. Perilaku internal membedakan seseorang dari yang lain. Combs berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa siswa mau belajar apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya. Padahal arti tidaklah menyatu pada materi pelajaran itu. Sehingga yang penting ialah bagaimana membawa si siswa untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari materi pelajaran tersebut dan menghubungkannya dengan kehidupannya.

Maslow

Teori Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua hal :

1. suatu usaha yang positif untuk berkembang.
2. kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu. Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis.

Pada diri masing-masing orang mempunyai berbagai perasaan takut seperti rasa takut untuk berusaha atau berkembang, takut untuk mengambil kesempatan, takut membahayakan apa yang sudah ia miliki dan sebagainya, tetapi di sisi lain seseorang juga memiliki dorongan untuk lebih maju ke arah keutuhan, keunikan diri, ke arah berfungsinya semua kemampuan, ke arah kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat menerima diri sendiri(self).

Maslow membagi kebutuhan-kebutuhan (needs) manusia menjadi tujuh hirarki. Bila seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan pertama, seperti kebutuhan fisiologis, barulah ia dapat menginginkan kebutuhan yang terletak di atasnya, ialah kebutuhan mendapatkan ras aman dan seterusnya. Hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow ini mempunyai implikasi yang penting yang harus diperharikan oleh guru pada waktu ia mengajar anak-anak. Ia mengatakan bahwa perhatian dan motivasi belajar ini mungkin berkembang kalau kebutuhan dasar si siswa belum terpenuhi.

Carl Rogers

Carl Rogers lahir 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinois Chicago, sebagai anak keempat dari enam bersaudara. Semula Rogers menekuni bidang agama tetapi akhirnya pindah ke bidang psikologi. Ia mempelajari psikologi klinis di Universitas Columbia dan mendapat gelar Ph.D pada tahun 1931, sebelumnya ia telah merintis kerja klinis di Rochester Society untuk mencegah kekerasan pada anak. Gelar profesor diterima di Ohio State tahun 1960. Tahun 1942, ia menulis buku pertamanya, Counseling and Psychotherapy dan secara bertahap mengembangkan konsep Client-Centerd Therapy.

Rogers membedakan dua tipe belajar, yaitu: Kognitif (kebermaknaan) dan experiential ( pengalaman atau signifikansi)

Guru menghubungan pengetahuan akademik ke dalam pengetahuan terpakai seperti memperlajari mesin dengan tujuan untuk memperbaikai mobil. Experiential Learning menunjuk pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan siswa. Kualitas belajar experiential learning mencakup : keterlibatan siswa secara personal, berinisiatif, evaluasi oleh siswa sendiri, dan adanya efek yang membekas pada siswa.

Menurut Rogers yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu: Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar. Siswa tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.

Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya. Pengorganisasian bahan pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa. Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa. Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses, kata Rogers.

Dalam bukunya Freedom To Learn, ia menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip dasar humanistik yang penting diantaranya ialah :

1. Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami.
2. Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid mempunyai relevansi dengan maksud-maksud sendiri.
3. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya sendiri diangap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.
4. Tugas-tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan dan diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil. Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.
5. Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.
6. Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut bertanggungjawab terhadap proses belajar itu.

Belajar inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik perasaan maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang mendalam dan lestari. Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas, lebih mudah dicapai terutama jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengritik dirinya sendiri dan penilaian dari orang lain merupakan cara kedua yang penting. Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah belajar mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap pengalaman dan penyatuannya ke dalam diri sendiri mengenai proses perubahan itu.

Salah satu model pendidikan terbuka mencakup konsep mengajar guru yang fasilitatif yang dikembangkan Rogers diteliti oleh Aspy dan Roebuck pada tahun 1975 mengenai kemampuan para guru untuk menciptakan kondisi yang mendukung yaitu empati, penghargaan dan umpan balik positif.

Ciri-ciri guru yang fasilitatif adalah :

1. Merespon perasaan siswa,
2. Menggunakan ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah dirancang.
3. Berdialog dan berdiskusi dengan siswa
4. Menghargai siswa.
5. Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan,
6. Menyesuaikan isi kerangka berpikir siswa (penjelasan untuk mementapkan kebutuhan segera dari siswa),
7. Tersenyum pada siswa

GendhengS, 17mar11